Sabtu, 29 Maret 2014

Meninggalkan Kota Yang Saya (Sangat) Cintai

Tepat tanggal 6 Maret 2014 hari kamis, saya memesan tiket pesawat Citylink ke kota Balikpapan provinsi Kalimantan Timur. Ini adalah salah satu keputusan yang terberat dan yang tersulit yang pernah saya buat dalam hidup saya. Bagaimana tidak kota Bandung yang selama 7 tahun telah saya tinggali dan bisa dibilang menjadi kota impian saya harus saya tinggalkan demi mendapatkan kehidupan (pekerjaan) yang lebih baik. Saya harus rela meninggalkan semua kenyamanan hidup di kota kembang ini, kota yang telah saya anggap sebagai kampung halaman saya meskipun saya tidak lahir di kota ini.

Semua pendatang yang pernah singgah atau menetap di kota ini sebagian  besar mungkin setuju dengan pendapat bahwa kota ini membuat siapapun akan betah berlama-lama tinggal. Dengan iklimnya yang sejuk tidak panas seperti kota-kota besar pada umumnya, kehidupan sosialnya yang tidak seperti di Ibu kota Jakarta, pemandangan alamnya yang sangat indah dan menyenangkan, wisata kulinernya yang begitu memanjakan perut kita, kreatifitas anak mudanya dalam berseni dan berwira usaha, wisata fashion dan produk-produk lokalnya yang sangat banyak adalah beberapa alasan yang membuat saya jatuh cinta kepada kota ini. Dan tentu jangan kita lupakan daya tarik mojang Bandungnya yang sudah melegenda di seluruh Indonesia (lebay banget deh).

Gedung Sate Bandung

Selain alasan-alasan di atas yang membuat saya betah tinggal di kota ini, salah satu alasan lainnya adalah kota ini juga termasuk kota pendidikan di Indonesia selain Yogyakarta. Kota Bandung memiliki Universitas Negri yang sangat termashur di Indonesia. Ada 3 universitas negri di kota ini yang masuk ke dalam 10 besar universitas terbaik se-Indonesia. Tiga universitas tersebut di antaranya Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjajaran (UNPAD), dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang merupakan almamater saya. Ketiga universitas ini tiap tahunnya selalu menjadi salah satu tujuan favorit bagi para lulusan SMA se-Nusantara untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi.
Di kota ini kita bisa merasakan suasana pendidikan yang sangat kental. Kegiatan akademik sangat terasa mengalir di setiap denyut jantung kota ini. Kota ini juga bisa dibilang kota Nusantara dikarenakan mahasiswanya berasal dari seluruh daerah di Indonesia mulai dari sabang sampai merauke. Walaupun saya tidak memiliki data yang pasti namun mungkin sebagian besar orang akan setuju dengan pendapat ini. Kampus ITB terutama merupakan universitas favorit di antara universitas negri di kota ini. ITB selalu berada di tingkat teratas universitas terbaik di Indonesia bersaing dengan Universitas Indonesia di Depok dan Universitas Gajah Mada di Yogyakarta.

Saya tidak bisa membohongi hati nurani saya sendiri bahwa sejak pertama kali menginjakkan kaki saya di kota ini saya sungguh jatuh cinta. Seperti sepasang kekasih yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Begitupun dengan kasus saya pribadi saya jatuh cinta kepada kota ini pada pandangan pertama. Masih teringat jelas di benak saya pertama kali ketika saya memutuskan pindah dari Jakarta ke Bandung setelah menetap selama 3 bulan di Jakarta, saya naik bus dari terminal kampung rambutan. Saya masih ingat jelas Bus Budiman lah yang saya naiki pada saat itu. Dan lagu yang menyambut saya  di dalam Bus itu adalah salah satu lagu daerah sunda yang sangat terkenal dan fenomel “Talak Tilu” (kalau gak salah ya) yang liriknya masih saya ingat jelas ‘nyeri-nyeri-nyeri………………diumbaran’  dan blaaa..blaaa..blaaa. 

Jembatan Layang Pasupati

Pada saat itu saya memiliki firasat kota yang akan saya tuju ini adalah kota yang unik dan menarik. Dan tentu saja hal ini terbukti karena selama 7 tahun saya sangat betah dan kerasan tinggal di kota ini. Mungkin dari sekian alasan yang sudah saya tulis diatas ada dua alasan utama yang membuat saya jatuh cinta kepada kota ini. Yang pertama adalah cuaca atau iklim kota ini yang sangat sejuk. Dibandingkan kota-kota besar lainnya di negri ini, kota Bandung mungkin satu-satunya ibukota provinsi yang letaknya tidak dekat dari pantai seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, Medan. Letaknya di tengah-tengah pegunungan Jawa Barat yang memungkinkan cuaca dan iklim di kota Bandung sangat sejuk.
Mungkin setiap orang memiliki pendapat yang berbeda tentang hal ini, dan tentu saja saya sangat menghormati dan menghargai pendapat masing-masing orang. Kita tidak bisa memaksakan pendapat kita sama dengan pendapat orang lain karena setiap individu memiliki sisi pribadi yang unik satu sama lain. Tapi bagi saya pribadi cucaca Bandung yang masih segar dan sejuk membuat saya betah tinggal di kota ini.

Alasan kedua ini mungkin sudah sangat klise di masyarakat dan mungkin semua orang sudah tahu alasan ini, yaitu mojang Bandungnya. Saya sendiri tidak mengerti mengapa di kota ini remaja-remaja wanitanya begitu enak dipandang dan elok dimata. Kita akan berlama-lama memandang lekat jika ada wanita yang lewat dihadapan kita. Contoh nyata saja, teman-teman wanita di kelas saya bisa dibilang tidak ada produk gagal, semuanya cantik-cantik (kegeeran nih semua cewek NonDik A 2006 hahaha…). Walaupun jika ada yang kurang cantik tapi mereka pintar mensiasatinya dengan kecerdasan mereka dalam berdandan dan bersolek ria. Saya mengakui daya tarik terbesar wanita Bandung terletak pada kehebatan mereka berdandan dan memadupadankan pakaian mereka.

Taman Musik Epicentrum Bandung

Bahkan cewek-cewek Bandung bisa dibilang menjadi trend center fashion bagi cewek-cewek di Indonesia ini. Ini didukung dengan fakta bahwa Bandung adalah kota fashion terbesar di Indonesia. Tentu tidak ada yang tidak mengenal dengan industry Distro di Indonesia dimana Bandung adalah pusat dan pencetus industry distro. Mungkin itu jugalah salah satu faktor mengapa kota Bandung disebut dengan Paris Van Java. Karena menjadi trend center fashion terbesar  dan ter up to date di seluruh Indonesia. 

Kalau kalian tidak percaya kalian bisa buktikan sendiri ke kota Bandung. Bahkan cewek penjual pulsanya aja cantik dan manis. Pelayan-pelayan di restaurant atau di rumah-rumah makan sama cantiknya juga. Walaupun saya tidak ingin mengeneralisir bahwa semua wanita Bandung itu cantik tapi pada umumnya ya begitu.



Itulah mungkin banyak hal yang tidak bisa saya lupakan dari kota ini, kota yang mungkin sudah menjadi takdir dalam hidup saya untuk saya lalui. Itu jugalah mungkin alasan nama saya seperti kebanyakan nama orang sunda (Ade Wirama) padahal saya tidak memiliki darah sunda. Ayah saya lah yang memberi nama ini karena ketika Ayah saya bekerja di salah satu perusahaan asing di Soerako, beliau memiliki teman yang sangat dekat yang berasal dari kota Bandung. Sehingga suatu saat dia berjanji akan memberikan nama anaknya sesuai dengan nama temannya itu. Itu yang diceritakan oleh Ayah saya mengapa saya diberi nama seperti ini. Ya mungkin itulah suratan takdir.

Sebenarnya hati saya sangat berat untuk meninggalkan kota ini, melihat justru sekarang ini Bandung dengan walikota barunya (yang saya kagumi) mulai berbenah menampilkan wajah barunya yang sangat indah dan menarik. Justru di saat Bandung di pimpin oleh orang yang benar-benar memikirkan rakyatnya saya harus meninggalkan kota ini demi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di kota Balikpapan. Saya masih sempat melihat kinerja walikota baru dengan sentuhannya dia menyulap taman-taman yang dulunya tidak menarik sekarang begitu nikmat untuk dikunjungi. Lihat saja beberapa taman yang sudah ada seperti Taman Jomblo yang sangat iconic, taman musik Bandung, taman lansia dan taman-taman lainnya yang dilengkapi dengan Wi-Fi gratis.

Taman Pasupati (a.k.a. Taman Jomblo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar