Written On: Sunday, April 06, 2014
Perjalanan hidupku sampai detik ini sehingga
membawaku kembali merantau ke kota lain penuh dengan tanda-tanya. Saya tidak
pernah menyangka bahwa hidup membawaku sampai ke kota ini, walaupun memang
sebelumnya saya pernah berpikir untuk mencari pekerjaan di kota minyak ini.
Sekali lagi saya menegaskan dari hati yang paling dalam sungguh berat
meninggalkan kota Bandung yang sudah seperti kampung halaman saya. Bahkan
saking sulitnya meninggalkan kota ini saya harus melakukan sholat istikhorah
agar benar-benar diberikan petunjuk oleh Allah SWT. jalan mana yang harus saya
ambil. Dan Alhamdulillah Allah SWT. memberikan jalan yang terbaik Insya Allah.
Dengan meninggalkan kota Bandung artinya sama
saja saya harus meninggalkan cita-cita atau passion saya yang sangat besar.
Saya harus meninggalkan bidang yang membuat saya betah berlama-lama
berkecimpung di dalamnya. Passion yang selama ini menemani perjalanan kehidupan
saya di kota Bandung yang penuh dengan lika liku. Passion yang memberikan saya
kesempatan untuk berkenalan dan mengenal teman-teman futsal seperjuangan di
kota Bandung. Teman-teman futsal yang sama-sama memiliki hasrat atau passion
yang sangat dalam terhadap futsal. Teman-teman yang bersama-sama kami jatuh
cinta terhadap olahraga yang satu ini.
Karena futsal lah kami rela untuk berpeluh
keringat ditempa selama berjam-jam di lapangan futsal oleh pelatih. Namun semua
latihan itu membuat kami, paling tidak bagi saya, tidak pernah mengeluh.
Padahal kami tahu betul bahwa kami tidak mendapatkan bayaran sepeser pun ketika
kami latihan futsal. Orang-orang pasti heran mengapa pemain futsal melakukan
sesuatu hal yang tidak mendapatkan bayaran (latihan). Mengapa kami rela
berkeringat dan menguras tenaga demi sesuatu yang tidak pasti. Jawaban untuk
pertanyaan ini mungkin hanysa satu, yaitu passion. Karena saya percaya segala
hal mengenai passion tidak akan pernah bisa di ukur dengan materi.
Namun bagi saya petualangan bersama teman-teman
futsal di Bandung untuk menggapai cita-cita dan mimpi harus berakhir. Saya
kalah dengan kebutuhan hidup untuk menafkahi diri sendiri setelah saya lulus
dari Universitas. Di titik ini saya menyadari bahwa realitas hidup tidak
sejalan dengan mimpi-mimpi yang ingin kita wujudkan. Realitas secara perlahan
namun pasti menerkam lalu membunuh passion itu. Passion yang dulunya
berkobar-kobar seperti api unggun kini meredup seperti di siram air realitas
yang kejam. Hati yang dulunya selalu mendukung passion ini perlahan-lahan
menutup mata dan berbalik mendukung realitas.
Ya saya harus jujur terhadap diri saya sendiri
bahwa memang di Negri kita ini, olahraga futsal belum bisa dijadikan sebagai
lahan utam pencarian. Karena di Negri kita ini atlet futsal tidak mendapat
jaminan apapun dari pemerintahnya. Bahkan pemain-pemain sekelas tim Pelindo pun
mereka harus bekerja sambil tetap latihan futsal bersama perusahaan mereka. Tidak
ada atlet futsal yang bisa hidup dari penghasilan sebagai pemain futsal tok. Lah
wong mau dapat duit dari mana mereka selain duit kejuaraan itupun kalau tim
mereka juara 1. Duit juara itu pun nantinya harus dibagi rata bersama-sama
dengan 12-15 anggota dalam 1 tim. Sungguh menyedihkan bukan kalau tidak juara.
Sekali lagi saya pribadi menyadari betul
keadaan pemain futsal di negri ini. Saya sendiri cukup lama di butakan oleh
keadaan yang melenakan ini hanya sekedar memenuhi hasrat belaka. Sampai pada
suatu titik mungkin Allah SWT. masih menyayangi saya dengan membuka mata hati
saya melalui kata-kata kedua orang tua saya. Saya ingat betul nasehat beliau, “Nak,
mau sampai kapan kamu hidup seperti ini. Bukalah matamu nak saat ini futsal
belum bisa memberimu kehidupan yang layak. Perhatikan masa depanmu Nak karena
kamu bisa lebih baik dari ini.” Mungkin seperti itu lah bunyi nasehat kedua
orang tua saya yang saya bisa jelaskan.
Dulunya di awal-awal kuliah setelah saya
berkecimpung di dunia futsal, pertama kali saya mengenal olahraga ini saya
langsung jatuh cinta. Dari sinilah tekad saya sangat berkobar-kobar dan percaya
inilah jalan kehidupan saya sebagai atlet futsal. Darah muda saya pada saat itu
sangat mendidih saking semangatnya mengejar prestasi. Latihan bisa sampai
setiap hari dalam seminggu yang tentu saja sangat melelahkan. Namun sekali lagi
saya tekankan, ketika berbicara tentang passion maka kita tidak akan pernah
mengenal kata lelah. Karena dalam passion, kita bekerja sambil bersenang-senang
didalamnya.
Namun sambil berjalannya waktu dan bertambahnya
usia dan tingkat pemikiran kita yang seharusnya lebih matang, realita akan
berkata lain. Ya seperti yang saya katakana tadi realita secara perlahan namun
pasti akan membuka pikiran kita. Dan beruntunglah bagi mereka yang dengan cepat
merespon realitas yang mereka hadapi. Karena mereka berpacu dengan waktu dalam
mengambil keputusan yang maha berat tentunya. Karena banyak kasus mereka harus
mengorbankan sesuatu yang sangat mereka cintai demi keberlangsungan hidup
mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar